Senin, 16 Februari 2009

Indikator Ekonomi

Indikator Ekonomi
Dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian suatu negara, indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisa fundamental, yaitu :
1. Inflasi
Inflasi merupakan sebuah fenomena ekonomi yang banyak mendapat perhatian, sekaligus ditakuti dan dianggap sebagai musuh nomor satu oleh banyak kalangan, mulai dari ekonom, pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat awam sekalipun. Tentunya hal ini disebabkan dampak dari inflasi yang sangat merugikan. Seorang trader akan selalu memperhatikan dengan seksama perkembangan tingkat inflasi. Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga.
Dampak Inflasi terhadap perekonomian, antara lain:
1. Apabila terjadi Inflasi, maka harga barang-barang akan naik. Hal ini akan mengakibatkan daya beli masyarakat turun, sehingga laba perusahaan turun. Banyak perusahaan kecil akan bangkrut, yang pada akhirnya akan menjadikan perekonomian Indonesia turun.
2. Jika laba perusahaan turun, otomatis perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja. PHK tersebut akan menambah angka pengangguran, sehingga pendapatan masyarakat turun, secara otomatis pendapatan per kapita ikut turun, dan perekonomian Indonesia lesu.
3. Kenaikan harga barang akibat inflasi akan menyebabkan jumlah uang beredar tinggi, sehingga tabungan/ deposito di bank juga ikut turun. Akibatnya investasi turun dan perekonomian Indonesia juga menurun.

2. Suku bunga (BI Rate)
BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidity adjustment) berada di sekitar BI Rate. Peningkatan suku bunga adalah salah satu tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Namun, di sisi lain tindakan menaikan suku bunga telah melumpuhkan pertumbuhan perekonomian dimana salah satunya tercermin dalam penurunan harga obligasi. Tindakan Bank Indonesia yang cenderung melawan pertumbuhan ekonomi ini dilakukan dikarenakan Bank Indonesia menganalisis bahwa tingkat inflasi selama beberapa waktu kedepan akan mengalami peningkatan.
Upaya peningkatan BI rate yang terlalu tinggi akan membunuh pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Apabila suku bunga bank tinggi, dapat dikatakan bahwa perekonomian sedang menurun, karena dengan adanya suku bunga yang tinggi merupakan salah satu indikasi terjadunya inflasi, yang akan menyebabkan pasar modal semakin lesu. Apabila BI rate diturunkan, maka penurunan BI Rate tersebut akan direspon oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga dana dan suku bunga kredit, yang kemudian diikuti dengan meningkatnya penyaluran kredit, sehingga perekonomian dapat mulai bergerak kembali.

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya.
Dengan IHSG, akan mencerminkan perekonomian negara kita. Misalnya saja dengan turunnya IHSG sejumlah uang investor akan menguap atau menyangkut di saham, pengaruhnya adalah likuiditas menjadi ketat, akibatnya daya beli juga menurun karena tidak ada likuiditas. Efeknya konsumsi dikurangi, sektor riil juga terpengaruh. Pergerakan IHSG sebenarnya tidak berdampak langsung terhadap sektor riil, namun penurunan IHSG secara drastis, secara tidak langsung akan mempengaruhi sektor riil. Misalnya aksi jual besar-besaran para investor dan mengalihkan dananya ke luar negeri akan menimbulkan kelangkaan likuiditas, dll.
Indeks dapat mengalami kenaikan antara lain dipengaruhi oleh: (1) kondisi perekonomian yang semakin kondusif yang antara lain diindikasikan dengan: nilai tukar yang relatif stabil, inflasi yang relatif rendah, dan penurunan tingkat suku bunga BI Rate (2) krisis Timur Tengah yang telah berlalu dengan ditandai oleh penurunan harga minyak dunia. Apabila IHSG menunjukkan angka yang rendah/kecil (menurun), maka mengindikasikan bahwa transaksi yang terjadi di pasar modal juga sedikit. Hal ini tentunya akan mengurangi minat para investor untuk menanamkan sahamnya, sehingga perekonomian akan lesu.

4. Cadangan devisa
Cadangan devisa (Bahasa Inggris: foreign exchange reserves) adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, atau yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan.
Secara makro, ekonomi adalah keseimbangan antara sekumpulan
penawaran dan sekumpulan permintaan atas barang dan jasa. Kalau penduduk bertambah, maka permintaan atas barang dan jasa akan meningkat pula, oleh karena itu harus diimbangi dengan kenaikan penawaran. Kalau penawaran tidak meningkat, maka keseimbangan ekonomi akan terganggu sehingga harga barang dan jasa akan naik untuk
mencapai keseimbangan baru.
Kalau output produksi di dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan atas
barang dan jasa, kekurangannya harus ditutup oleh barang import. Makin besar
import maka makin banyak devisa yang harus dikeluarkan, sehingga akan
menimbulkan defisit neraca pembayaran internasional (international balance
of payment). Inilah salah satu penyebab berkurangnya cadangan devisa. Kalau cadangan devisa berkurang, maka nilai tukar rupiah akan melemah sehingga harga barang import menjadi bertambah mahal. Karena mesin-mesin industri hampir semuanya ex import, maka harga pokok produksi dalam negeri akan terdorong naik dan mendorong naiknya harga jual barang & jasa produk lokal.
5. Pengangguran
Pengangguran adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisa sehat/tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian berada dalam keadaan full capacity/kapasitas penuh, akan tercapai full employment. Namun , jika perekonomian dalam keadaan lesu, tingkat pengangguran pun meningkat.
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan terus meningkat. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi,hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah di cita-citakan. Hal ini terjadi karena pengangguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti di uraikan berikut.
• Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dapat dicapainya.
• Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang.Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun.Jika penerimaan pajak menurun.dana untuk kegiatan pembagunan ekonomi akan menurun.
• Pengangguran tidak meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Keberadaan pengangguran menyebabkan daya beli masyarakat berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi pun berkurang.keadaan demikian ,tidak merangsang kalangan investor {pengusaha} untuk melakukan perluasan atau pendirian industri yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar